Lebih dari Sekadar Pesta, Bakar Batu Wujud Nyata Ekspresi Budaya dan Persatuan Papua

InsideMalang.com – Di tengah perayaan satu dekade kiprah Galeri Indonesia Kaya (GIK) dalam mendukung dunia seni, sebuah pertunjukan menarik dan penuh makna berhasil mencuri perhatian.

raditya satya pranaja

bakar batu
bakar batu

InsideMalang.com – Di tengah perayaan satu dekade kiprah Galeri Indonesia Kaya (GIK) dalam mendukung dunia seni, sebuah pertunjukan menarik dan penuh makna berhasil mencuri perhatian. Melalui program #GIK1Dekade: Kado untuk Sanggar, komunitas seni dari Jayapura, Papua, yang bernama Indonesia Art Movement, menampilkan sebuah pagelaran bertema Bakar Batu. Pertunjukan ini lebih dari sekadar tontonan, melainkan sebuah wujud nyata dari ekspresi budaya dan persatuan Papua, yang dikemas secara modern namun tetap menjaga nilai-nilai luhur tradisinya.

Bakar Batu: Tradisi Syukur dan Solidaritas Suku Dani

Ritual Bakar Batu adalah salah satu tradisi paling ikonis dan mendalam dalam kehidupan masyarakat Papua, khususnya Suku Dani di Lembah Baliem. Tradisi ini merupakan sebuah ritual sakral yang erat kaitannya dengan ungkapan rasa syukur dan solidaritas. Biasanya, tradisi ini dilakukan dalam rangka merayakan peristiwa penting, seperti pernikahan, pelantikan pemimpin adat, atau bahkan sebagai persiapan dan perayaan pasca peperangan. Inti dari ritual ini adalah kebersamaan.

Prosesi Bakar Batu sangat unik dan penuh filosofi. Ritual ini melibatkan pembakaran batu hingga membara di dalam sebuah lubang, yang kemudian digunakan untuk memasak aneka makanan, seperti daging babi atau ayam, serta umbi-umbian seperti ubi dan singkong. Makanan yang telah matang kemudian dinikmati bersama-sama oleh seluruh warga, tanpa terkecuali. Momen makan bersama inilah yang menjadi simbol kuat dari persatuan, kesetaraan, dan rasa hormat terhadap tradisi.

Mengemas Tradisi dalam Pertunjukan Seni yang Dinamis

Dalam pertunjukan yang dipentaskan oleh Indonesia Art Movement, prosesi Bakar Batu tidak hanya ditampilkan apa adanya, tetapi dikemas ulang menjadi sebuah tontonan penuh warna yang estetis dan mengedukasi. Penonton diajak untuk menyelami suasana khas Papua dengan cara yang hangat dan interaktif. Pagelaran ini membawa penonton seolah-olah berada langsung di tengah-tengah Lembah Baliem.

Baca Juga:Merawat Tradisi Menggerakkan Inovasi, Rumah Budaya Ratna Jadi Pusat Kesenian di Malang

Setiap tahapan prosesi, mulai dari menata batu dan kayu hingga momen puncak berupa makan bersama, disimbolkan melalui gerakan tari yang dinamis dan menghentak. Musik tradisional yang energik mengiringi setiap gerakan, memperkuat makna dari tahapan-tahapan tersebut. Pertunjukan ini tidak hanya menghibur, tetapi juga berhasil membangun koneksi emosional antara budaya lokal dan masyarakat luas. Ia mengajarkan tentang pentingnya kerja sama, gotong royong, dan rasa hormat terhadap alam dan sesama.

Melalui pagelaran Bakar Batu ini, penonton diajak untuk tidak hanya melihat, tetapi juga merasakan langsung esensi dari sebuah budaya. Pertunjukan ini menjadi jembatan yang kuat antara masa lalu dan masa kini, membuktikan bahwa tradisi dapat tetap hidup, relevan, dan menarik bagi generasi modern tanpa kehilangan makna aslinya.

Indonesia Art Movement: Wadah Kreativitas dari Timur Indonesia

Komunitas seni Indonesia Art Movement lahir di Jayapura pada tahun 2016. Komunitas ini didirikan sebagai wadah bagi para seniman lintas bidang yang ingin berkontribusi pada perkembangan seni dan budaya lokal. Meskipun berasal dari daerah yang jauh dari pusat perhatian nasional, semangat mereka tak pernah padam. Mereka secara giat menciptakan ruang-ruang kreatif yang memadukan unsur tradisi dan seni kontemporer, seperti festival budaya, pelatihan seni, produksi dokumenter, hingga pertunjukan musikal.

Keberhasilan mereka dalam menembus panggung nasional dan internasional adalah bukti nyata dari potensi seni yang luar biasa dari timur Indonesia. Indonesia Art Movement pernah tampil di berbagai panggung bergengsi di luar Papua, menunjukkan bahwa karya seni mereka layak mendapatkan sorotan yang lebih luas. Di tengah keterbatasan sarana, komunitas ini tetap produktif, adaptif, dan inovatif. Dana pembinaan dari program #GIK1Dekade mereka manfaatkan secara optimal untuk melengkapi peralatan yang sangat dibutuhkan, seperti pencahayaan, sistem suara, kostum pertunjukan, serta instrumen musik lokal. Hal ini menunjukkan profesionalisme dan visi jangka panjang mereka.

Semangat kolaboratif dan sikap terbuka terhadap pembelajaran menjadi kunci keberlangsungan komunitas ini. Keberhasilan mereka tidak hanya ditandai dengan banyaknya pertunjukan, tetapi juga dengan semakin kuatnya identitas budaya Papua dalam setiap karya yang mereka ciptakan. Melalui pertunjukan Bakar Batu, Indonesia Art Movement tidak hanya mempromosikan tradisi Suku Dani, tetapi juga menumbuhkan cinta dan kebanggaan terhadap warisan budaya Indonesia secara keseluruhan.

Pagelaran Bakar Batu bukan sekadar hiburan semata, melainkan bentuk penghormatan terhadap nilai-nilai budaya warisan leluhur. Di tengah arus modernisasi yang begitu cepat, upaya memperkenalkan tradisi seperti ini kepada generasi muda menjadi sangat penting. Melestarikan budaya bukan hanya tanggung jawab para seniman atau komunitas adat, melainkan tanggung jawab kita bersama. Menumbuhkan cinta terhadap budaya Indonesia adalah merupakan bagian dari upaya untuk terus menjaga jati diri bangsa.

Baca Juga:Demi Keamanan dan Ekonomi Lokal, Bupati Sanusi Batasi Study Tour Pelajar SD dan SMP

Baca Juga

Leave a Comment