FH UNIKAMA Angkat Kopi Katu Wadung ke Nasional, Libatkan 30 Petani

Insidemalang – Malang, Jawa Timur – Fakultas Hukum Universitas PGRI Kanjuruhan Malang (FH UNIKAMA) mengambil langkah konkret dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani kopi lokal. Melalui

muhammad naafi

FH UNIKAMA Angkat Kopi Katu Wadung ke Nasional, Libatkan 30 Petani
FH UNIKAMA Angkat Kopi Katu Wadung ke Nasional, Libatkan 30 Petani

Insidemalang – Malang, Jawa Timur – Fakultas Hukum Universitas PGRI Kanjuruhan Malang (FH UNIKAMA) mengambil langkah konkret dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani kopi lokal. Melalui Program Pengabdian Masyarakat DP3M, mereka memberikan pendampingan menyeluruh kepada 30 petani anggota Kelompok Tani Kopi Katu Wadung yang berada di lereng Gunung Katu, Desa Wadung, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang.

Langkah ini diambil sebagai bentuk komitmen perguruan tinggi dalam menghubungkan potensi lokal dengan pasar nasional. Desa Wadung yang berada di area lereng Gunung Katu dikenal memiliki lahan pertanian subur seluas 480 hektare. Berbagai komoditas tumbuh subur di sana, seperti kelapa, tebu, dan kapuk. Namun, kopi Robusta khas Wadung menjadi primadona yang mulai menarik perhatian.

Potensi Kopi Katu yang Belum Tergarap Maksimal

Kopi Robusta Wadung memiliki cita rasa khas, aroma kuat, dan karakter yang autentik. Sayangnya, selama bertahun-tahun kopi ini hanya dijual dalam bentuk biji mentah tanpa merek, kemasan, maupun sertifikasi legal. Hal ini membuat harga jual di pasaran rendah, sehingga potensi ekonomi yang besar belum dirasakan oleh para petani.

Menurut Darajatun Indra Kusuma Wijaya, S.H., M.H., Dekan Fakultas Hukum UNIKAMA sekaligus Ketua Program Pengabdian Masyarakat, persoalan utama bukan pada kualitas kopi, tetapi pada kurangnya pengelolaan pascapanen dan pemasaran yang tepat.

“Program ini kami rancang untuk memperkuat posisi petani di pasar. Mulai dari pembuatan Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT), sosialisasi legalitas usaha, perancangan merek, hingga strategi pemasaran. Kami ingin kopi Katu Wadung punya identitas dan daya saing yang jelas,” ujar Indra.

Pendampingan Menyeluruh

Dalam pelaksanaannya, FH UNIKAMA tidak hanya fokus pada legalitas dan branding. Tim juga memberikan pelatihan pengemasan, penyusunan strategi distribusi, serta pengenalan pasar digital. Dengan begitu, kopi Katu Wadung tidak hanya dipasarkan di sekitar desa, tetapi juga dapat menjangkau konsumen di luar daerah bahkan luar pulau.

Program pendampingan ini dilakukan secara intensif selama beberapa bulan. Para petani diajarkan teknik penyortiran biji kopi yang benar, proses roasting dengan standar mutu, hingga desain kemasan yang menarik dan informatif. Harapannya, konsumen akan lebih mudah mengenali kopi Katu sebagai produk khas yang berkualitas tinggi.

“Selama ini kami menjual kopi tanpa label. Dengan adanya merek dan kemasan yang bagus, pembeli jadi lebih percaya. Harga jualnya pun bisa naik, sehingga penghasilan kami ikut meningkat,” ungkap Sugianto, salah satu petani kopi peserta program.

Mendorong Kemandirian Ekonomi Desa

Keberadaan program ini diharapkan menjadi titik balik bagi perekonomian Desa Wadung. Dengan jumlah 30 petani yang terlibat secara langsung, efeknya tidak hanya dirasakan oleh individu tetapi juga oleh komunitas secara keseluruhan.

Melalui pendekatan partisipatif, para petani dilibatkan dalam setiap proses pengambilan keputusan. Hal ini membuat mereka merasa memiliki dan bertanggung jawab atas keberlanjutan program.

Selain itu, pemasaran kopi Katu Wadung kini juga mulai diarahkan ke pasar oleh-oleh khas Malang dan platform penjualan daring. Beberapa sampel bahkan telah dikirim ke kafe-kafe di kota besar seperti Surabaya, Yogyakarta, dan Jakarta untuk uji rasa.

Menjadi Ikon Kopi Lokal

FH UNIKAMA menargetkan kopi Katu Wadung dapat menjadi ikon baru kopi lokal Jawa Timur. Dengan strategi yang tepat, mereka optimistis produk ini bisa bersaing dengan brand kopi lain yang sudah lebih dulu dikenal.

Baca Juga: Pemkab Malang Anggarkan Rp 1 Miliar untuk Rawat Dua Pasar

“Desa Wadung punya potensi besar. Kalau dikelola dengan baik, kopi ini bisa menjadi salah satu komoditas unggulan Kabupaten Malang. Kami ingin kopi Katu dikenal tidak hanya di pasar lokal, tapi juga di meja-meja kopi seluruh nusantara,” jelas Indra.

Tak hanya itu, pihak perguruan tinggi juga menjajaki kemungkinan kerja sama dengan pelaku industri perhotelan dan restoran untuk menyediakan kopi Katu sebagai menu minuman spesial.

Sinergi Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat

Program ini menjadi contoh nyata sinergi antara dunia pendidikan dan masyarakat. Melalui kegiatan pengabdian, perguruan tinggi tidak hanya memberikan manfaat akademik bagi mahasiswa dan dosen, tetapi juga kontribusi langsung terhadap penguatan ekonomi desa.

Mahasiswa FH UNIKAMA turut terlibat dalam pendampingan, mulai dari penyusunan dokumen legalitas usaha, survei pasar, hingga membantu proses desain kemasan. Dengan demikian, mereka tidak hanya belajar teori, tetapi juga praktik langsung di lapangan.

Harapan ke Depan

Ke depan, para petani berharap program pendampingan ini terus berlanjut dan berkembang. Dengan peningkatan keterampilan, pengetahuan, dan jaringan pemasaran, kopi Katu Wadung diharapkan bisa menembus pasar ekspor.

Sementara itu, FH UNIKAMA berkomitmen untuk tetap memberikan dukungan, baik dalam bentuk pelatihan lanjutan maupun membantu mencari mitra kerja sama strategis.

Dengan semangat gotong royong dan kolaborasi, kopi Katu Wadung perlahan menapaki jalan menuju panggung nasional. Dari kebun di lereng Gunung Katu, aroma khasnya kini mulai menyebar, membawa harapan baru bagi kesejahteraan petani.

Baca Juga: Pemkab Malang Rampungkan Rehabilitasi Jalan Kendalpayak–Kepanjen Sepanjang 1,7 Km

Baca Juga

Leave a Comment